Disebuah kampung yang tenang, di hulu sebuah sungai, hidup seorang kyai bernama Hanif, Beliau menjadi imam dikampung itu dan memimpin umat hingga usianya yang menjelang senja. Beliau banyak mengajarkan ilmu-ilmu syariat kepada umat dan sesekali disisipi ilmu hakikat dalam ajaran islam.
P ada suatu ketika datanglah santri lama sang Kyai ke kampung itu, Ia bernama Mustofa karena lama tidak bertemu, Mustofa memutuskan untuk singgah beberapa hari di kampung itu.
P ada suatu ketika datanglah santri lama sang Kyai ke kampung itu, Ia bernama Mustofa karena lama tidak bertemu, Mustofa memutuskan untuk singgah beberapa hari di kampung itu.
Seperti biasanya ketika Mustofa mengunjungi gurunya selalu terjadi dialog untuk mengkaji lebih mendalam tentang syariat dan hakikat Islam.
Kunjungan kali ini digunakan oleh mereka berdua untuk membahas masalah rizki yang datang dari ALLAH. Mustofa berpendapat bahwa rizki yang ALLAH berikan kepada kita haruslah dijemput datangnya, dengan kata lain manusia harus berusaha untuk mendapatkan rizki dari ALLAH itu. Menurut Mustofa mustahil rizki itu datang dengan sendirinya tanpa kita berusaha dan berupaya.
Berbeda dengan Muridnya, Kyai Hanif lebih memandang bahwa rizki yang datang dari ALLAH itu akan datang dengan sendirinya tanpa harus kita jemput, menurut kyai Hanif ALLAH sudah menentukan rizki seseorang, maka meski orang itu tidak menjemputnya rizki itu pastilah akan datang.
Perdebatan kajian soal rizki ALLAH ini membuat Mustofa merenung, benarkah apa yang dikatakan oleh guruku tadi?. namun ia tidak juga menemukan kebenarannya. bahkan Mustofa menjadi bertanya-tanya lalu dari mana rizki itu datang bila kita tidak berusaha? apakah akan turun dari langit?.
Dua hari sudah Mustofa singgah di rumah gurunya. Mustofa berkata kepada kyai Hanif, “sampai detik ini saya belum bisa memahami maksud kyai soal rizki yang datang sendiri itu”.
Kyai Hanif menjawab dengan senyum, “Sudahlah sekarang kamu pulang, insya ALLAH jika kau kesini lagi kau akan menemukan jawabannya”. Akhirnya Mustofa kembali kerumahnya diseberang kampung, dengan membawa sebuah pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya.
Seminggu telah berlalu. Mustofa berniat datang kerumah Gurunya, apalagi ini hari libur tanggal muda sekalian membeli buah pisang buat oleh-oleh kyai Hanif.
Sampai dirumah kyai Hanif, mustofa mengucap salam, dan kyai Hanif mempersilahkan ia masuk. mustofa memberikan buah pisang yang dibelinya untuk kyai Hanif. dan kyai Hanif menerimanya sembari mengucap alhamdulillah.
Mustofa yang masih penasaran soal rizki ALLAH, bertanya lagi kepada sang kyai, “kyai samapi saat ini saya belum menemukan jawaban dari masalah rizki ALLAH, bagaimana kyai bisa menjelaskan kepada saya?, agar saya memahaminya.
kyai Hanif mengambil buah pisang yang baru saja ia terima dari mustofa, “Ini” sambil menunjukkan pada mustofa, kemudian mustofa menjawab, “Itu khan buah pisang saya beli buat kyai, dan itu dibeli dari uang gaji saya kerja sebulan”.
kyai Hanif tersenyum, “Itu kamu, klo aku mendapatakan buah pisang ini tanpa mengeluarkan uang atau usaha apapun”, “bukankah kamu yang memberikannya padaku?”.
Sambil terdiam dan mengangguk-angguk mustofa baru memahami bahwa rizki ALLAH bisa datang dengan dicari bahkan bisa datang tanpa dicari, “terima kasih kyai, sekarang saya memahami apa yang kyai maksudkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar