Kamis, 26 September 2013

MENIMBULKAN ICON LAN DI NETWORK CONNECTION YANG HILANG

Hari ini saya di pusingkan dengan ga bisa mengkoneksikan internet,eh ga taunya Icon LAN hilang pula,. Namun di mbah google saya nemuin masalah Icon LAN (Lokal Area Network) di Network connectionnya hilang (wah siapa yang ambil ya...?), sempat bingung juga saya padahal drivernya sudah terinstal dengan sempurna. Akhirnya saya kembali ke dukun oline profesional yakni Mbah Google untuk meminta mantra-mantranya yang bisa menyembuhkan penyakit ini.

Permasalahan sebenarnya adalah Service Network Connection belum hidup atau belum start, jadi untuk mengatasi permasalahan ini ketikkan services.msc di kotakRUN kemudian cari service namanya Network Connections lalu double klik dan gantistartup type menjadi Automatic akhiri dengan menekan tombol OK. untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini.


Setelah itu tinggal direfresh aj lalu icon LAN akan tampil pada Network Connection dan di pojok kanan bawah taskbar.

Minggu, 22 September 2013

Hakikat dibalik Materi

Sejak kelahirannya manusia sudah dibiasakan melihat wujud dunia ini sebagai bentuk materi yang absolut. Sehingga ia tumbuh dewasa dalam pengaruh pengkondisian ini, dan menjalani seluruh hidupnya dalam cara pandang ini. Akan tetapi penemuan teknologi modern menemukan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan anggapan umum. Semua informasi yang kita punyai tentang dunia luar bersumber hanya dari panca indera yang kita miliki.
Dunia yang kita pahami terdiri atas :
Apa yang dilihat oleh Mata,
Didengar oleh Telinga,
Dicium oleh Hidung,
Dirasakan oleh Lidah dan
Disentuh oleh Tangan kita.
Manusia bergantung hanya kepada lima indera itu semenjak lahir, …
Itulah mengapa, ia hanya mengetahui dunia luar hanya sebatas yang diberikan melalui panca indera ini.
TETAPI
Penelitian ilmiah tentang indera kita, telah mengungkapkan kenyataan yang sangat berbeda tentang apa yang kita sebut dengan dunia luar, dan kenyataan ini telah membongkar sebuah rahasia sangat penting akan hakikat materi yang menyusun dunia luar tersebut. Pemikir abad ini Frederick Kester menjelaskan pencapaian ilmu pengetahuan pada bidang ini.
Pernyataan sejumlah ilmuwan bahwa manusia adalah gambar, segala yang dirasakan bersifat sementara dan tipuan, dan alam semesta hanyalah sebuah bayangan, tampak dibuktikan oleh ilmu pengetahuan di jaman kita sekarang.
Agar lebih memahami rahasia dibalik materi ini, marilah kita pahami kembali indera pengelihatan, yang memberi kita informasi paling banyak tentang dunia luar.
Bagaimana Kita dapat Melihat ?
Proses melihat terjadi secara bertahap, pada saat melihat, kumpulan cahaya yang disebut FOTON bergerak dari benda menuju mata. Dan menembus lensa dimana FOTON ini dibelokkan dan difokuskan menuju ke retina yang terletak dibelakang mata. Disini cahaya dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan kemudian diteruskan oleh sel-sel saraf ke pusat pengelihatan dibagian belakang otak. Proses melihat sesungguhnya terjadi di pusat tersebut yang berada di otak.
Segala pemandangan yang kita lihat dan rasakan, semua peristiwa yang kita alami sebenarnya kita rasakan di tempat yang kecil dan gelap dibelakang otak ini yang hanya berukuran beberapa cm3.
Jadi bila kita mengatakan kita melihat, maka sesungguhnya kita melihat efek yang ditimbulkan pada otak kita oleh cahaya yang sampai pada mata dengan merubahnya menjadi sinyal listrik. Proses sebenarnya adalah kita menyaksikan sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.
Perlu diperhatikan bahwa otak kita tidak pernah berhubungan dengan dunia luar, dan apa yang ada didalam otak kita adalah ruang gelap gulita.
Sebagai contoh cobalah anda bayangkan melihat sebuah lilin yang menyala, maka anda akan melihat cahaya lilin, pada saat anda melihat cahaya lilin anda mengatakan terang padahal pusat pengelihatan di otak tetap gelap. Cahaya lilin tidak pernah menerangi pusat pengelihatan dalam otak kita namun kita dapat melihat warna warni dunia yang gemerlap dalam otak kita yang gelap.
Hal yang sama terjadi pula pada indera kita yang lain, suara, sentuhan, rasa dan bau, semuanya dirasakan didalam otak, sebagai sinyal-sinyal listrik.
Jadi selama ini otak kita tidak berhubungan langsung dengan materi sesungguhnya yang ada disekitar kita melainkan hanya tiruan sinyal-sinyal listrik dari materi tersebut yang terbentuk didalam otak kita.
Disinilah kita tertipu ketika menganggap tiruan ini sebagai wujud materi yang sesungguhnya.
‘Dunia Luar’ di dalam Otak Kita
Kenyataan ini membawa kita kepada kesimpulan yang tak perlu diperdebatkan lagi, Semua yang kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan sebagai materi, dunia atau alam semesta, hanyalah sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.
Sebagai contoh bila kita melihat dan mendengar burung yang berkicau, maka sesungguhnya kita hanya menerima sinyal-sinyal listrik di otak dari sel-sel neuron dari mata ke pusat pengelihatan, andai syaraf yang menghubungkan mata ke pusat otak kita putus maka kita tidak dapat melihat apa-apa, begitu juga dengan suara burung yang kita dengar, apabila syaraf yang mengirim sinyal listrik suara dari telinga ke otak kita putus maka kita tidak dapat mendengar suara burung lagi.
Singkatnya burung yang kita lihat dan suaranya yang kita dengar, tidak lah lebih dari penafsiran sinyal-sinyal listrik di otak kita.
Ketika sedang membaca artikel ini, anda sebenarnya tidak berada didalam ruangan seperti yang anda yakini, sebaliknya ruangan tersebut ada dalam diri anda, Penglihatan anda terhadap tubuh anda, membuat anda berfikir anda berada didalam ruangan itu. Namun anda harus ingat bahwa tubuh anda pun adalah gambar yang terbentuk dari sinyal-sinyal listrik didalam otak anda.
Apakah keberadaan dunia luar sangat diperlukan ?
Sejauh ini kita telah berulang kali menybut dunia luar, dan dunia persepsi atau penampakan yang terbentuk didalam otak kita.
Namun sesungguhnya persepsi dalam otak kitalah yang terjadi (dengan kata lain dunia luar tidak ada) dan gambaran otak kitalah yang kita saksikan selama ini.
Tetapi ini belum bisa kita buktikan karena kita tidak bisa menjangkau dunia nyata diluar dari apa yang kita lihat dan kita huni selama ini.
Kita meyakini dunia yang ada hanya dari apa yang kita lihat, namun penampakkan yang ada hanyalah gambaran dari persepsi di otak kita.
Jadi semua yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dan kita cium hanyalah sebuah gambaran semu yang hadir karena persepsi dari otak kita, karena itu sekali lagi kita tertipu dengan menganggap segala sesuatu yang ada, adalah sebagai wujud nyata, padahal itu ada dalam persepsi otak kita.
Untuk lebih memudahkan anda memahami konsep ini mari kita pelajari bagian berikut ini :
Dunia dalam Mimpi
Pernahkah anda mimpi?, anggap teman anda atau anda bermimpi menjadi seorang pilot pesawat terbang dengan berbagai panel desekeliling yang membingungkan, dan anda bisa dapat dengan mudah mengoperasikan semua panel pesawat dengan baik dan mendaratkan pesawat dengan sempurna.
Sadarkah anda selama anda dalam mimpi, anda menganggap bahwa itu adalah nyata, karena anda bisa menyentuh, meraba, merasakan dan mendengar desingan mesin pesawat, padahal anda tidak menggerakkan tangan, tidak menggerakkan kaki dan tidak mengoperasikan panel pesawat, melainkan hanya tidur mendengkur.
Dan anda akan tersadar setelah bangun dari tidur, bahwa semua pengalaman itu hanya sebuah mimpi, tapi apakah anda akan sadar bila anda tidak pernah bangun dari tidur itu?.
Itu pula yang sangat mungkin terjadi pada hidup kita, ketika kita terbangun dari mimpi, maka tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa kita telah mengalami mimpi yang lebih panjang yang kita sebut sebagai dunia nyata.
Alasan kita menyebut mimpi sebagai hayalan dan menyebut dunia ini adalah dunia yang nyata, adalah hanya karena prasangka kita. Bagaimana jika ternyata dunia nyata yang kita jalani ini hanya sebuah mimpi yang lebih panjang?.
Siapakah yang Melihat ?
Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan terpenting, Jika pengalaman dialam materi yang kita alami sekedar penampakkan, bagaimana dengan otak kita ?, oleh karena otak kita termasuk sebagai materi, seperti lengan kita, kaki kita dan benda lain, otak kita juga sekedar penampakkan sebagaimana semua benda yang ada.
Marilah kita memanjangkan semua syaraf-syaraf yang ada didalam otak kita dengan mengeluarkannya dari kepala kita, sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita.
Pada kondisi ini kita dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan ini kita juga dapat menyadari bahwa otak kita adalah tidak lebih dari gambaran yang diberikan oleh panca indera kita.
Lalu kehendak apakah yang melihat, mendengar dan merasakan semua indera yang lain, jika bukan otak?, siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba, merasakan rasa dan bau?, siapakah wujud ini yang berfikir, beralasan, memiliki perasaan dan berkata bahwa saya adalah saya?.
Salah satu pemikir terkemuka abad ini, Clarkly Brown juga memiliki pertanyaan yang sama.
Ternyata wujud ghaib yang menggunakan otak yang melihat dan mendengar serta merasakan adalah Ruh.
Alam materi adalah segala sesuatu yang tampak dan dirasakan oleh Ruh, dan inilah wujud absolut yang nyata dan Materi adalah penampakkan yang dilihat oleh Ruh.
Begitulah, kendatipun kita mulai dengan anggapan bahwa materi adalah wujud yang sesungguhnya, namun hukum-hukum fisika, kimia, dan biologi, semua menghantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan, pada kenyataan yang pasti tentang adanya wujud yang ghaib dan “INILAH RAHASIA DIBALIK MATERI”
Kenyataan ini sangatlah pasti, sehingga mengkhawatirkan sejumlah ilmuwan materialis, yang meyakini materi sebagai wujud absolut. Dan para ilmuwan telah menyadari akan keterbatasan indera manusia.
Semua kenyataan ini menghadapkan kita kepada pertanyaan yang sangat penting, jika segala sesuatu yang ada, adalah penampakkan yang diberikan kepada Ruh kita, lalu apakah sumber penampakkan-penampakkan ini?, untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mempertimbangkan bahwa alam materi tidak ada dengan sendirinya, akan tetapi sekedar penampakkan. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila penampakkan ini ada karena adanya kekuatan lain yang sangat besar dan berarti bahwa ini pasti telah diciptakan.
Lebih dari itu penciptaan ini harus terjadi terus menerus, jika tidak demikian maka apa yang kita sebut dengan materi akan musnah dan hilang. Hal ini bisa disamakan dengan televisi yang terus-menerus menampilkan penampakkan gambar, jika siaran dihentikan maka penampakkan gambar pada televisipun akan hilang.
Wujud Absolut Sesungguhnya
Siapakah yang membuat Ruh kita melihat tanah, manusia dan semua alam materi ini, sangat jelas bahwa ada pencipta Maha Agung yang telah menciptakan seluruh alam materi, yakni keseluruhan penampakkan dan terus menerus menciptakannya tanpa henti.
Karena pencipta ini memperlihatkan penciptaan yang luar biasa, IA pasti memiliki kekuatan dan kebesaran yang Abadi, semua penampakkan IA ciptakan sesuai kehendaknya, dan IA berkuasa atas yang diciptakannya setiap saat, pencipta ini adalah ALLAH penguasa Langit dan Bumiwujud absolut sesungguhnya adalah ALLAH, segala sesuatu selain darinya adalah bayangan yang diciptakan.

FANA – Lalu Siapa yang Abadi ?

F A N A
Adanya langkah pelampauan sampai pada satu titik dimana tauhid (penyatuan) bisa dicapai, terungkap dalam pernyataan Nabi Ibrahim as. di dalam surat Al Anam yang secara metaforis diungkapkan dalam bentuk bintang, bulan, dan matahari.
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, dan supaya ia termasuk orang-orang yang yakin.
Maka tatkala malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata, Inilah Tuhanku. Maka tatkala bintang itu hilang dia berkata, Aku tidak suka kepada yang hilang.
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, Inilah Tuhanku. Maka tatkala bulan itu terbenam dia berkata, Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberikan petunjuk kepadaku niscaya aku termasuk kaum yang sesat.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar! Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata, Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. ( Surah Al-Anam [6] : 75-78 )
Bintang metafora pertama- melambangkan petunjuk atau cahaya indera seseorang yang mencari ilmu atau pengetahuan tentang kebenaran melalui sarana indera. Dahulu para pelaut menjadikan bintang-bintang di langit sebagai petunjuk arah ketika mereka berlayar. Bintang tak ubahnya seperti cahaya panca indera dalam diri manusia. Namun dengan cahaya indera ini seseorang takkan bisa mencapai kepada hakikat Ilahiah.
Metafora kedua bulan- adalah simbol cahaya akal. Dengan akal yang dibimbing oleh petunjuk atau cahaya syariat seseorang dapat dekat pada kebenaran dan kebajikan. Dengan cahaya akal ini seseorang dapat mengungkap rahasia-rahasia Ilmu Allah, yang dapat ia buktikan dan saksikan lewat fenomena alam. Dan keadaan ini akan membawanya kepada keyakinan yang lebih jauh terhadap kebenaran, meskipun dengan cahaya ini seseorang belum juga sanggup mencapai makrifat hakiki akan Tuhan.
Matahari metafora ketiga- melambangkan cahaya Suci atau cahaya Al Haqqyang menerangi hati manusia, sehingga seseorang yang mengalami keadaan ini memperoleh limpahan atau pelekatan sifat-sifat Allah ke dalam dirinya. Lewat cahaya Suci ini seseorang mengalami penyingkapan hati dan mata batinnya menyaksikan supremasi Tuhan dalam kekuasaan dan ilmu-Nya. Akan tetapi pada gilirannya keadaan ini menunjukkan keberagaman (katsrah). Dalam cara yang sama, keberagaman dapat dilihat pada gagasan mengenai tempat bersandar dan yang bersandar, atau pada yang Ridha dan yang diridhai. Dan ini menunjukkan adanya jarak antara keberagaman dan tauhid (kesatuan).
Keadaan ini sebagaimana dinyatakan Nabi Ibrahim as. sendiri, Inikah Tuhanku? Pernyataan dalam bentuk pertanyaan ini muncul pada tiga waktu yang berbeda, suatu pertanyaan yang sebenarnya bertujuan untuk menyatakan pengingkaran. Maksudnya, seolah-olah Nabi Ibrahim as. berkata, Ini adalah sesuatu yang diciptakan, suka terbenam dan hilang, lalu pantaskah ia menjadi Tuhanku dan Tuhan sekalian alam? Tidak, demi Allah, ini tidaklah mungkin. Ini bukanlah Tuhanku dan Tuhan sekalian alam, tetapi ini semua perwujudan dari hakikat Tuhanku. Atau ia bisa juga mengatakan, Apakah dengan cahaya panca indera, cahaya akal, dan cahaya Suci (cahaya Al Haqq). aku akan jadi tahu Tuhanku? Tidak, demi Allah, ini tidaklah mungkin Bahkan kita takkan pernah bisa mengenal-Nya kecuali dengan melintasi dan melampaui tiga cahaya itu. Sebab tak mungkin mencapai makrifat hakiki akan dzat-Nya, kecuali dengan dzat-Nya.
Disebutkan Nabi saw. bersabda, Aku telah mengenal Tuhanku melalui Tuhanku. Perumpamaan seseorang yang berusaha mencapai makrifat Tuhan dengan menggunakan cahaya Suci adalah seperti orang menyaksikan matahari dengan cahaya matahari. Jelas bahwa yang disaksikannya benar-benar matahari dan cahayanya yang tersebar ke seluruh penjuru arah, sekalipun penyaksiannya masih membedakan antara penyaksi (cahaya matahari) dengan yang disaksikan (matahari itu sendiri) bukan penyaksian ke-esa-an murni akan Tuhan.
Makna mendalam yang ingin diungkapkan di sini adalah bahwa seperti halnya orang baru bisa melihat matahari dan cahayanya setelah ia menghubungkan diri dengan matahari berdasarkan kesucian dan cahaya- begitu pula, orang baru bisa menyaksikan Yang Maha Nyata setelah berupaya menjalin hubungan antara dirinya dengan Dia, dengan cara membebaskan diri dari selain-Nyadan membenarkan keagungan-Nya secara mutlak di atas semua ciptaannya.
Ketika Allah mengungkapkan diri-Nya (tajalli) atau dzat-Nya ke dalam hati seorang hamba, maka yang diungkapkan adalah esensi-Nya, yaitu berupa nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya bukan wujud-Nya yang mutlak. Sebab wujud-Nya yang mutlak sesungguhnya tidak bersifat atau tidak terlukiskan sama sekali. Dzat-Nya adalah Wujud Mutlak, yang ke-esa-an-Nya tak lain adalah dzat-Nya sendiri, sedangkan apapun selain wujud-Nya adalah ketiadaan mutlak. Tajalli dalam bentuk nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya harus dipahami sebagai keadaan dimana wujud-Nya memberi identitas atau memberi sifat kepada esensi-Nya. Sehingga lewat nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya itu Dia dapat disaksikan. Jadi Esensi menjadi tumpuan atau pijakan Wujud. Dengan kata lain, pengungkapan ke-esa-an Allah ke dalam hati seorang hamba, adalah pengungkapan diri Yang Maha Nyata dari kehadiran ke-esa-an dzat-Nya yang mutlak tanpa ada sifat atau lukisan apapun yang dapat melukiskannya- ke kehadiran ke-esa-an-Nya yang terlukiskan oleh sifat-sifat dan nama-nama-Nya sebagaimana Dia informasikan di dalam Al Quran dan Sunnah. Coba perhatikan dengan baik kalimat terakhir ini, karena dengan memahami ini akan memudahkan pemahaman kita selanjutnya.
Pengungkapan diri-Nya ini juga menandai munculnya sifat-sifat mengetahui dan menerima dari-Nya, sebab berbagai hakikat (di dalam ilmu-Nya) yang tersembunyi di balik ke-esa-an dzat-Nya yang mutlak, merupakan obyek pengetahuan-Nya, dan yang menerima pelimpahan wujud ke alam nyata (fenomenal) dimana hati seorang hamba mengalami penyingkapan (kasyf).
Gambaran keadaan ini dapat kita lihat dalam surat Al Arf [7] ayat 172,
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menjadikan keturunan Bani Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian atas diri (nafs) mereka, Bukankah Aku ini Rabb (Tuhan)-mu?. Mereka menjawab, Betul, kami menjadi saksi. Yang demikian supaya kamu tidak mengatakan di hari kiamat, Sesungguhnya kami lalai tentang hal ini.
Inilah keadaan dimana jiwa (nafs) menyaksikan kehadiran-Nya (Rabb), yang adalah bentuk-bentuk rasional dari nama-nama-Nya atau kehadiran ke-esa-an-Nya yang tersifati oleh nama-nama-Nya. Sebagaimana kita tahu kata rabbmengacu pada pengertian; pencipta, pengatur, pemelihara dan pendidik. Dengan demikian, hakikat-hakikat di dalam ilmu-Nya yang tadinya tersembunyi di balik ke-esa-an dzat-Nya yang mutlak (di alam non-eksistensi) kemudian aktual dan mewujud dalam alam fenomenal.
Namun demikian, sekali lagi, keadaan ini menunjukkan jiwa (nafs) yang menyaksikan lewat mata hati yang mengalami penyingkapan (kasyf), dan bukan kemusnahan (fana) di dalam-Nya. Begitu pula apa yang disaksikan adalah, kehadiran ke-esa-an-Nya dalam perwujudan-perwujudan yang beragam (sifat-sifat dan nama-nama-Nya), dan bukan kemanunggalan dan kemandirian dzat-Nya yang mutlak (hilangnya selubung-selubung kemegahan Ilahi dan kekuasan-Nya, atau yang dalam istilah Mulla Shadra disebut, Perbedaan Wujud kembali kepada persamaannya).
Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhan-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Surat 55 : 26-27)
Kemusnahan (fana) di dalam-Nya, diisyaratkan di dalam surat Al Arf [7] ayat 143, yang secara metaforis diungkapkan dengan pecahnya bukit dan pingsannya Nabi Musa as.
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan, dan Tuhan berkata-kata dengannya, Musa berkata, Ya Tuhanku, perlihatkanlah (diri-Mu). Tuhan berfirman, Kamu tidak sanggup melihat-Ku, tetapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya, maka nanti kamu akan dapat melihat-Ku. Maka setelah Tuhan memperlihatkan (kebesaran) diri-Nya di bukit itu, Allah menjadikannya pecah dan Musa jatuh pingsan. Setelah Musa sadar kembali, dia berkata, Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama-tama beriman.
Ketika Allah memperlihatkan kebesaran-Nya di bukit itu, ini mengungkapkan kehadiran ke-esa-an-Nya dalam sifat-sifat dan nama-nama-Nya (perwujudan yang beragam) yang dapat disaksikan oleh hati yang mengalami penyingkapan. Dan saat bukit itu pecah (Allah yang menjadikannya pecah), itu menunjukkan musnahnya selubung kebesaran-Nya, kembalinya keragaman kepada ketunggalan dan kemandirian dzat-Nya yang tak bersifat atau tak terlukiskan. Dzat-Nya adalah Wujud Mutlak, dan ke-esa-an-Nya tak lain adalah dzat-Nya itu sendiri, sedang selain wujud-Nya hanyalah ketiadaan. Bersamaan dengan itu pingsanlah Nabi Musa as. Pingsannya Nabi Musa adalah simbol dari kemusnahan jiwa, bukan kemusnahan aktual melainkan kemusnahan dalam makrifat. Sirna di dalam dzat-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Nabi saw. : Matilah kamu sebelum datang kematian-mu. Dan inilah yang dimaksud dengan fana di dalam diri-Nya.
Dan ketika Musa as. kembali terjaga, setelah mengalami keadaan di atas, sadarlah ia bahwa apa yang selama ini ia pahami tentang hakikat Allah, apa yang sebelum ini ada dalam pikirannya tentang wujud-Nya yang mutlak, bukanlah hakikat dzat-Nya yang sesungguhnya. Mahasuci Dia dari segala apa yang disifatkan dan dilukiskan, karena dzat-Nya tidak dapat dilukiskan, Dia bukan ini, bukan itu, bukan apa pun yang bisa dibayangkan.
Fana di dalam dzat-Nya yang Maha Mutlak, adalah maqam penyingkapan Esensi Hakiki, penyingkapan seseorang dari selubung-selubung kemegahan dan kekuasaan-Nya, dan hilangnya segala selubung selain Tuhan. Mereka yang berada pada maqam ini adalah mereka yang melampaui penyaksikan kehadiran Allah dalam perwujudan-perwujudan beragam. Tidak ada sesuatupun kecuali Dia. Semua adalah Dia, karena Dia, dari Dia, dan kepada-Nya. Tanda kemusnahan di dalam diri-Nya, adalah kukuhnya seseorang di dalam maqam istiqomah (keteguhan) dan maqam tamkn (keajegan), sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya,
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang telah taubat bersama kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Surat Huud [11] : 112)
Ada perbedaan antara manusia yang terus mengada dengan dirinya sendiri dengan manusia yang telah luluh di dalam diri Tuhannya.
Akhirnya, sampailah bagi saya untuk menghentikan pembahasan mengenai keadaan fana ini, dan saya berharap semoga Allah membukakan hati dan pikiran kita semua untuk dapat menerima limpahan ilmu-Nya yang bermanfaat. Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. Dialah yang mengatakan kebenaran dan menuntun ke jalan yang benar. (Laut itu tetaplah laut yang sebelumnya; kejadian hari ini hanyalah ombak dan gelombang air)

Sabtu, 21 September 2013

Renungan Tentang Rizki ALLAH

Disebuah kampung yang tenang, di hulu sebuah sungai,  hidup seorang  kyai bernama Hanif, Beliau menjadi imam dikampung itu dan memimpin umat hingga usianya yang menjelang senja. Beliau banyak mengajarkan ilmu-ilmu syariat kepada umat dan sesekali disisipi ilmu hakikat dalam ajaran islam.
P ada suatu ketika datanglah santri lama sang Kyai ke kampung itu, Ia bernama Mustofa karena lama tidak bertemu, Mustofa memutuskan untuk singgah beberapa hari di kampung itu.
Seperti biasanya ketika Mustofa mengunjungi gurunya selalu terjadi dialog untuk mengkaji lebih mendalam tentang syariat dan hakikat Islam.
Kunjungan kali ini digunakan oleh mereka berdua untuk membahas masalah rizki yang datang dari ALLAH. Mustofa berpendapat bahwa rizki yang ALLAH berikan kepada kita haruslah dijemput datangnya, dengan kata lain manusia harus berusaha untuk mendapatkan rizki dari ALLAH itu. Menurut Mustofa mustahil rizki itu datang dengan sendirinya tanpa kita berusaha dan berupaya.
Berbeda dengan Muridnya, Kyai Hanif lebih memandang bahwa rizki yang datang dari ALLAH itu akan datang dengan sendirinya tanpa harus kita jemput, menurut kyai Hanif ALLAH sudah menentukan rizki seseorang, maka meski orang itu tidak menjemputnya rizki itu pastilah akan datang.
Perdebatan kajian soal rizki ALLAH ini membuat Mustofa merenung, benarkah apa yang dikatakan oleh guruku tadi?.  namun ia tidak juga menemukan kebenarannya. bahkan Mustofa menjadi bertanya-tanya lalu dari mana rizki itu datang bila kita tidak berusaha? apakah akan turun dari langit?.
Dua hari sudah Mustofa singgah di rumah gurunya. Mustofa berkata kepada kyai Hanif, “sampai detik ini saya belum bisa memahami maksud kyai soal rizki yang datang sendiri itu”.
Kyai Hanif menjawab dengan senyum, “Sudahlah sekarang kamu pulang, insya ALLAH jika kau kesini lagi kau akan menemukan jawabannya”. Akhirnya Mustofa kembali kerumahnya diseberang kampung, dengan membawa sebuah pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya.
Seminggu telah berlalu. Mustofa berniat datang kerumah Gurunya, apalagi ini hari libur tanggal muda sekalian membeli buah pisang buat oleh-oleh  kyai Hanif.
Sampai dirumah kyai Hanif, mustofa mengucap salam, dan kyai Hanif mempersilahkan ia masuk. mustofa memberikan buah pisang yang dibelinya untuk kyai Hanif. dan kyai Hanif menerimanya sembari mengucap alhamdulillah.
Mustofa yang masih penasaran soal rizki ALLAH, bertanya lagi kepada sang kyai, “kyai samapi saat ini saya belum menemukan jawaban dari masalah rizki ALLAH, bagaimana kyai bisa menjelaskan kepada saya?, agar saya memahaminya.
kyai Hanif mengambil buah pisang yang baru saja ia terima dari mustofa, “Ini” sambil menunjukkan pada mustofa, kemudian mustofa menjawab, “Itu khan buah pisang saya beli buat kyai, dan itu dibeli dari uang gaji saya kerja sebulan”.
kyai Hanif tersenyum, “Itu kamu, klo aku mendapatakan buah pisang ini tanpa mengeluarkan uang atau usaha apapun”, “bukankah kamu yang memberikannya padaku?”.
Sambil terdiam dan mengangguk-angguk mustofa baru memahami bahwa rizki ALLAH bisa datang dengan dicari bahkan bisa datang tanpa dicari, “terima kasih kyai, sekarang saya memahami apa yang kyai maksudkan”.

Kisah Abu Yazid Al Bustami

Abu Yazid Al Bustami seorang ahli Sufi yang dikejutkan oleh mimpinya supaya pergi ke gereja Samaan. Tiga kali mimpinya itu berulang. Lalu ia bersiap dengan pakaian dan cara yang diberitahu dalam mimpinya. Ia masuk ke gereja Samaan tanpa diketahui oleh Paderi-paderi yang hadir. Dia bersama-sama paderi lain menanti kedatangan ketua Paderi. Setelah ketua Paderi datang, ketua Paderi itu tidak dapat berucap. Dia tahu ada orang lain, orang Islam di dalam gereja itu. Katanya, ” ada orang yang percaya kepada Syariat Muhammad di dalam gereja ini.”
Semua paderi menjadi gempar dan mereka menghendaki orang itu di bunuh. Namun ketua paderi mencegahnya, sebaliknya ketua paderi meminta orang itu bangun supaya mereka dapat mengenalinya. Abu Yazid Al-Bustami pun bangun, tanpa rasa takut.
Menjawab 50 pertanyaan bertanya 1 pertanyaan. 
Ketua paderi berkata, “wahai pengikut Muhammad, saya akan mengajukan pertanyaan kepada kamu. Jika kamu dapat menjawab semuanya dengan benar, maka saya akan mengikuti agama kamu. Namun jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka kami akan membunuhmu.”
Jawab Abu Yazid, “baiklah! Tanyakan apa saja yang kamu ingin tanyakan.”
Ketua paderi itu mengemukakan 50 pertanyaan bertubi-tubi dan kemudian Abu Yazid menjawabnya dengan tepat.
Kata Abu Yazid, “saya sudah jawab semua pertanyaan tuan. Sekarang apakah ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain?”
Semua pendeta menjawab, “tidak ada lagi,”
Kemudian Abu Yazid mengemukakan pertanyaan kepada mereka. “beritahu saya
kunci Syurga dan Neraka langit.”
Tidak seorang pun yang dapat menjawabnya dan mereka mengaku
bahwa memang mereka tidak tahu jawabannya. Baru satu pertanyaan sudah tidak
dapat dijawab sedangkan Abu Yazid telah menjawab berpuluh pertanyaan. Mereka
meminta ketua paderi menjawab, namun ia membisu.
Katanya, “bukan saya tidak mau menjawab, tetapi saya takut kamu semua
tidak sependapat.”
Mereka heran mendengar kata-kata ketua paderi itu. Akhirnya mereka mendesak juga dan bersedia untuk menyetujui serta menerima kata-kata ketua mereka.
Kemudian ketua Paderi menjawab “Bahwa kunci Syurga dan Kunci langit itu tidak lain ialah “LAILA HAILLALLAH HU MUHAMMAD DARASULULLAH.” Tegas ketua paderi.
Mereka semua tersentak, terdiam. Lalu Abu Yazid berkata, “memang benar kata ketua kamu ini.” Semua paderi memeluk Islam, Abu Yazid menuntut janji kepada ketua paderi dan persetujuan pengikut-pengikutnya.
“Sahabat-sahabat sekalian percayalah bahwa apa yang saya ceritakan ini adalah benar. Saya tidak dipaksa oleh siapapun dalam mengucapnya. Memang sudah lama saya fikirkan hendak menyampaikan masalah ini kepada sahabat-sahabat semua, tetapi saya bimbang sahabat-sahabat tidak akan percaya kepada saya lagi. Saya hanya menunggu waktu.”
“Dari mana tuan mengetahui perkara ini?” Tanya salah seorang paderi.
“Dari ketua sebelum saya.” Jelas ketua paderi.
“Sebelum ketua itu meninggal dunia dia telah bersumpah bahwa perkara yang dikatakan itu adalah benar.” Sambung ketua paderi itu.
“Kalau begitu, apa lagi yang kita tunggu!” Ketua paderi dan pengikut-pengikutnya semuanya memeluk Islam disebabkan oleh Abu Yazid. Ilmu Abu Yazid telah menyelamatkan daripada maut. Ilmu ketua paderi telah menyelamatkan daripada kesesatan dan ilmu kedua-duanya telah menutup tabir kejahilan dan menyingkap tabir kebenaran dan Islam!
Berikut ini Pertanyaan Ketua Paderi. Dan Jawaban Abu Yazid Al-Bustami
1. Yang satu tidak ada duanya.
Kewujudan Allah Maha Esa. Dia Tuhan yang tunggal tiada sekutu baginya.
2. Yang dua tiada tiganya.
Malam dan siang. Apabila pergi malam datanglah siang dan apabila pergi siang datanglah malam.
3. Yang tiga tiada empatnya.
Kursi, Kalam dan Arash Allah Hu subhanahu Wataala.
4. Yang empat tiada limanya.
Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.
5. Yang lima tiada enamnya.
Islam telah memfardukan solat lima waktu: Zohor, Asar, Maghrib, Ishak dan
Subuh.
6. Yang enam tiada tujuhnya.
Hari-hari Allah telah menciptakan langit dan bumi. Ini semua tersebut didalam Kitab-kitab suci juga.
7. Yang tujuh tiada delapannya.
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang disebut di dalam Kitab Suci juga.
8. Yang delapan tiada sembilannya.
Bilangan Malaikat yang memikul Arash Allah Taala yang disebutkan di dalam
Kitab Suci (artinya): dan akan memikul Arash Tuhan kamu pada hari (Kiamat)
itu adalah delapan Malaikat.
9. Yang sembilan tiada sepuluh.
Bilangan kaum daripada golongan manusia yang menjadikan kerusakan bumi Allah,
sebagaimana yang tersebut di dalam Kitab Suci (artinya): di dalam kota itu dahulu terdapat sembilan kumpulan yang menjadi perusak bumi, mereka tidak pernah melakukan yang baik.
10. Sepuluh yang sempurna.
Kewajiban puasa sepuluh hari ke atas orang yang berihram haji sebagaimana
firman Allah Taala (artinya): Maka hendaklah ia (orang yang berihram haji)
berpuasa tiga hari semasa haji dan tujuh hari setelah kembali ke negerinya.
Itulah dia sepuluh yang sempurna.
11. Yang sebelas.
Saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam.
12. Yang dua belas.
Bilangan bulan dalam setahun.
13. Yang tiga belas.
Mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam yang tersebut di dalam Kitab Suci:
Sesungguhnya Aku melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Jumlahnya
tiga belas.
14. Orang yang berdusta, kemudian dapat masuk Syurga.
Mereka ialah saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam. Mereka memberitahu
ayah mereka Nabi Yaakob Alaihissalam bahwa Yusuf telah di makan serigala.
Mereka membawa pakaiannya yang dilumur dengan darah kambing. Perkara yang mereka lakukan itu adalah suatu dusta.
15. Orang yang benar,  tetapi mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Mereka ialah kaum Yahudi dan Nasrani,  sesuai dengan firman Allah Ta’ala (artinya) : telah berkata, Kaum Yahudi, kaum Nasrani itu tidak benar dan berkata kaum Nasrani pula kaum Yahudi itu tidak benar. Kedua-dua kaum itu berkata benar pada tuduhan mereka antara satu dengan lain, namun mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran yang ada di hadapan mereka yaitu mempercayai agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam sebagai penyempurna agama yang sebelumnya. Lantaran itu mereka menduduki neraka.
16. Tempat roh dalam badan manusia.
Roh berada di dalam tubuh badan manusia yang hanya diketahui hakikatnya oleh Allah Taala kerana roh adalah merupakan urusan Allah Taala jua, berdasarkan firmannya (artinya): katakan roh itu dari perkara urusan Tuhanku.
17. Al Zariyati Zarwa.
Nama empat macam angin.
18. Al Hamilati Wakra.
Awan gemawan di dada langit.
19. Al Jariyati Yusra.
Perahu-perahu yang belayar di laut.
20. Al Mukassimati Amra.
Malaikat-malaikat yang bertugas membagi-bagikan rezeki kepada manusia pada malam Nisfu Syaaban.
21. Yang empat belas.
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang sesuai dengan firman Allah
Taala (artinya): Maka Allah berfirman kepadanya yaitu kepada tujuh petala
langit dan tujuh lapis bumi, datanglah kepada aku secara patuh terhadap
perintahku ataupun secara terpaksa. Maka berkata kedua-dua langit dan bumi, “kami akan datang kepadamu secara patuh dan taat.”
22. Kubur yang berjalan dengan penghuninya.
Ikan besar yang menelan Nabi Yunus Alaihissalam. Nabi Yunus Alaihissalam
di bawa oleh ikan ke mana-mana sahaja yang akhirnya dimuntahkan di pantai
dengan izin Allah Taala.
23. Yang bernafas, tetapi tidak mempunyai roh.
Waktu subuh seperti firman Allah Taala (artinya): demi subuh apabila ia
terlepas.
24. Air yang tidak turun dari langit dan tidak keluar dari bumi.
Air yang dikirim oleh ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam di dalam botol yaitu air peluh kuda.
25. Empat yang bukan daripada golongan manusia, Malaikat dan bukan
daripada punggung lelaki dan daripada perempuan.
Kibas yang di bawa Jibril Alaihissalam sebagai korban ganti Nabi Ismail
Alaihissalam, unta Nabi Salleh Alaihissalam yang disembelih kaumnya, untuk
Nabi Adam dan Siti Hawa Alaihissalam.
26. Satu ciptaan Allah, lalu diingkarinya sebagai satu yang buruk.
Suara keledai yang tidak sedap didengar, sesuai dengan firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai
27. Darah yang mula-mula mengalir ke bumi.
Darah Habil yang dibunuh oleh saudaranya Kabil.
28. Sesuatu ciptaan Allah, lalu diangkat sesuatu yang berat.
Muslihat kaum wanita, seperti Firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya tipu
muslihat wanita adalah suatu tipu muslihat besar atau berat.
29. Pada mulanya sebatang kayu kemudian menjadi roh.
Tongkat Nabi Musa Alaihissalam
30. Wanita yang paling utama.
Hawa, ibu sekalian manusia, kemudian Khatijah dan Aisyah, Asiah (isteri Firaun) dan Maryam Binti Imran.
31. Gunung yang paling utama.
Gunung Tursina
32. Binatang yang paling utama. Kuda.
33. Bulan yang paling utama.
Bulan Ramadhan.
34. Malam yang paling utama.
Lailatul Qadar.
35. Tentang Atta’mah.
Hari Kiamat.
36. Pohon yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting ada 30 daun,  setiap daun ada lima kembang, dua bunga di matahari dan tiga bunga di tepi kegelapan.
Pohon itu “tahun” yang padanya ada 12 bulan, satu bulan ada 30 hari. Lima itu ialah lima waktu solat.
37. Satu benda yang pergi haji dan tawaf di Baitullah, tetapi tidak mempunyai roh dan tidak wajib haji. Bahtera Nabi Noh Alaihissalam.
38. Empat jenis air yang lain rupanya dan rasanya, tetapi sumbernya satu.
Air mata, air telinga, air hidung dan air mulut. Air mata masin, air telinga pahit, air hidung masin dan air mulut tawar.
39. Nakir, fatil dan kitmir.
Nakir ialah titik yang terdapat pada kulit luar benih, fatil ialah titik yang terdapat di dalam benih dan kitmir ialah kulit yang membaluti benih.
40. Sabid dan Labad.
Bulu kambing biri-biri dan kambing kasi.
41. Sam dan Ram.
Makhluk yang telah ada sebelum wujud Nabi Adam Alaihissalam.
42. Maksud keledai Makwak.
Keledai Makwak tanda ia melihat syaitan, lalu ia berkata: Allah melaknatnya.
43. Maksud anjing menyalak.
Anjing menyalak bermaksud: Awas! Celaka bagi penghuni-penghuni neraka dari
kemurkaan Allah yang maha berkuasa.
44. Maksud jeritan kuda.
Kuda menjerit bermaksud: Maha suci Allah yang memeliharaku ketika tentara
berpadu menyerang musuh dengan penuh semangat.
45. Maksud jeritan unta.
Unta menjerit membawa maksud: Hasbiyallahu Wakafa Billahi Wakila
(artinya): Memadailah Allah bagiku dan cukuplah Dia tempat aku menyerahkan
diriku.
46. Maksud nyanyian burung Bulbul.
Nyanyian Bulbul bermaksud: Maha suci Allah pada waktu pagi dan pada waktu
petang.
47. Maksud bunyi katak.
Bunyi katak bermaksud: Maha suci Tuhan yang di sembah di mana-mana sahaja
ada makhluknya dan di tempat-tempat yang tiada penghuninya.
48. Maksud kata-kata burung Nakus.
Maksud kata-katanya: Maha suci Allah sungguh-sungguh! Wahai anak Adam!
Lihatlah di barat dan di timur di dunia itu, adakah makhluk yang menongkat langit?
49. Kaum daripada makhluk Allah yang diutus kepadanya, namun ia bukan
dari kumpulan jin, manusia dan Malaikat.
Makhluk itu adalah lebih seperti Firman Allah Taala (artinya): dan Tuhan
kamu telah mewahyukan kepada lebih.

50. Di mana malam ketika siang dan di mana siang ketika malam.
Kedua-duanya berada di dalam ilmu Allah Taala yang amat sulit.

Kisah Abu Yazid Al Bustami

Abu Yazid Al Bustami seorang ahli Sufi yang dikejutkan oleh mimpinya supaya pergi ke gereja Samaan. Tiga kali mimpinya itu berulang. Lalu ia bersiap dengan pakaian dan cara yang diberitahu dalam mimpinya. Ia masuk ke gereja Samaan tanpa diketahui oleh Paderi-paderi yang hadir. Dia bersama-sama paderi lain menanti kedatangan ketua Paderi. Setelah ketua Paderi datang, ketua Paderi itu tidak dapat berucap. Dia tahu ada orang lain, orang Islam di dalam gereja itu. Katanya, ” ada orang yang percaya kepada Syariat Muhammad di dalam gereja ini.”
Semua paderi menjadi gempar dan mereka menghendaki orang itu di bunuh. Namun ketua paderi mencegahnya, sebaliknya ketua paderi meminta orang itu bangun supaya mereka dapat mengenalinya. Abu Yazid Al-Bustami pun bangun, tanpa rasa takut.
Menjawab 50 pertanyaan bertanya 1 pertanyaan. 
Ketua paderi berkata, “wahai pengikut Muhammad, saya akan mengajukan pertanyaan kepada kamu. Jika kamu dapat menjawab semuanya dengan benar, maka saya akan mengikuti agama kamu. Namun jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka kami akan membunuhmu.”
Jawab Abu Yazid, “baiklah! Tanyakan apa saja yang kamu ingin tanyakan.”
Ketua paderi itu mengemukakan 50 pertanyaan bertubi-tubi dan kemudian Abu Yazid menjawabnya dengan tepat.
Kata Abu Yazid, “saya sudah jawab semua pertanyaan tuan. Sekarang apakah ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain?”
Semua pendeta menjawab, “tidak ada lagi,”
Kemudian Abu Yazid mengemukakan pertanyaan kepada mereka. “beritahu saya
kunci Syurga dan Neraka langit.”
Tidak seorang pun yang dapat menjawabnya dan mereka mengaku
bahwa memang mereka tidak tahu jawabannya. Baru satu pertanyaan sudah tidak
dapat dijawab sedangkan Abu Yazid telah menjawab berpuluh pertanyaan. Mereka
meminta ketua paderi menjawab, namun ia membisu.
Katanya, “bukan saya tidak mau menjawab, tetapi saya takut kamu semua
tidak sependapat.”
Mereka heran mendengar kata-kata ketua paderi itu. Akhirnya mereka mendesak juga dan bersedia untuk menyetujui serta menerima kata-kata ketua mereka.
Kemudian ketua Paderi menjawab “Bahwa kunci Syurga dan Kunci langit itu tidak lain ialah “LAILA HAILLALLAH HU MUHAMMAD DARASULULLAH.” Tegas ketua paderi.
Mereka semua tersentak, terdiam. Lalu Abu Yazid berkata, “memang benar kata ketua kamu ini.” Semua paderi memeluk Islam, Abu Yazid menuntut janji kepada ketua paderi dan persetujuan pengikut-pengikutnya.
“Sahabat-sahabat sekalian percayalah bahwa apa yang saya ceritakan ini adalah benar. Saya tidak dipaksa oleh siapapun dalam mengucapnya. Memang sudah lama saya fikirkan hendak menyampaikan masalah ini kepada sahabat-sahabat semua, tetapi saya bimbang sahabat-sahabat tidak akan percaya kepada saya lagi. Saya hanya menunggu waktu.”
“Dari mana tuan mengetahui perkara ini?” Tanya salah seorang paderi.
“Dari ketua sebelum saya.” Jelas ketua paderi.
“Sebelum ketua itu meninggal dunia dia telah bersumpah bahwa perkara yang dikatakan itu adalah benar.” Sambung ketua paderi itu.
“Kalau begitu, apa lagi yang kita tunggu!” Ketua paderi dan pengikut-pengikutnya semuanya memeluk Islam disebabkan oleh Abu Yazid. Ilmu Abu Yazid telah menyelamatkan daripada maut. Ilmu ketua paderi telah menyelamatkan daripada kesesatan dan ilmu kedua-duanya telah menutup tabir kejahilan dan menyingkap tabir kebenaran dan Islam!
Berikut ini Pertanyaan Ketua Paderi. Dan Jawaban Abu Yazid Al-Bustami
1. Yang satu tidak ada duanya.
Kewujudan Allah Maha Esa. Dia Tuhan yang tunggal tiada sekutu baginya.
2. Yang dua tiada tiganya.
Malam dan siang. Apabila pergi malam datanglah siang dan apabila pergi siang datanglah malam.
3. Yang tiga tiada empatnya.
Kursi, Kalam dan Arash Allah Hu subhanahu Wataala.
4. Yang empat tiada limanya.
Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.
5. Yang lima tiada enamnya.
Islam telah memfardukan solat lima waktu: Zohor, Asar, Maghrib, Ishak dan
Subuh.
6. Yang enam tiada tujuhnya.
Hari-hari Allah telah menciptakan langit dan bumi. Ini semua tersebut didalam Kitab-kitab suci juga.
7. Yang tujuh tiada delapannya.
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang disebut di dalam Kitab Suci juga.
8. Yang delapan tiada sembilannya.
Bilangan Malaikat yang memikul Arash Allah Taala yang disebutkan di dalam
Kitab Suci (artinya): dan akan memikul Arash Tuhan kamu pada hari (Kiamat)
itu adalah delapan Malaikat.
9. Yang sembilan tiada sepuluh.
Bilangan kaum daripada golongan manusia yang menjadikan kerusakan bumi Allah,
sebagaimana yang tersebut di dalam Kitab Suci (artinya): di dalam kota itu dahulu terdapat sembilan kumpulan yang menjadi perusak bumi, mereka tidak pernah melakukan yang baik.
10. Sepuluh yang sempurna.
Kewajiban puasa sepuluh hari ke atas orang yang berihram haji sebagaimana
firman Allah Taala (artinya): Maka hendaklah ia (orang yang berihram haji)
berpuasa tiga hari semasa haji dan tujuh hari setelah kembali ke negerinya.
Itulah dia sepuluh yang sempurna.
11. Yang sebelas.
Saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam.
12. Yang dua belas.
Bilangan bulan dalam setahun.
13. Yang tiga belas.
Mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam yang tersebut di dalam Kitab Suci:
Sesungguhnya Aku melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Jumlahnya
tiga belas.
14. Orang yang berdusta, kemudian dapat masuk Syurga.
Mereka ialah saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam. Mereka memberitahu
ayah mereka Nabi Yaakob Alaihissalam bahwa Yusuf telah di makan serigala.
Mereka membawa pakaiannya yang dilumur dengan darah kambing. Perkara yang mereka lakukan itu adalah suatu dusta.
15. Orang yang benar,  tetapi mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Mereka ialah kaum Yahudi dan Nasrani,  sesuai dengan firman Allah Ta’ala (artinya) : telah berkata, Kaum Yahudi, kaum Nasrani itu tidak benar dan berkata kaum Nasrani pula kaum Yahudi itu tidak benar. Kedua-dua kaum itu berkata benar pada tuduhan mereka antara satu dengan lain, namun mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran yang ada di hadapan mereka yaitu mempercayai agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam sebagai penyempurna agama yang sebelumnya. Lantaran itu mereka menduduki neraka.
16. Tempat roh dalam badan manusia.
Roh berada di dalam tubuh badan manusia yang hanya diketahui hakikatnya oleh Allah Taala kerana roh adalah merupakan urusan Allah Taala jua, berdasarkan firmannya (artinya): katakan roh itu dari perkara urusan Tuhanku.
17. Al Zariyati Zarwa.
Nama empat macam angin.
18. Al Hamilati Wakra.
Awan gemawan di dada langit.
19. Al Jariyati Yusra.
Perahu-perahu yang belayar di laut.
20. Al Mukassimati Amra.
Malaikat-malaikat yang bertugas membagi-bagikan rezeki kepada manusia pada malam Nisfu Syaaban.
21. Yang empat belas.
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang sesuai dengan firman Allah
Taala (artinya): Maka Allah berfirman kepadanya yaitu kepada tujuh petala
langit dan tujuh lapis bumi, datanglah kepada aku secara patuh terhadap
perintahku ataupun secara terpaksa. Maka berkata kedua-dua langit dan bumi, “kami akan datang kepadamu secara patuh dan taat.”
22. Kubur yang berjalan dengan penghuninya.
Ikan besar yang menelan Nabi Yunus Alaihissalam. Nabi Yunus Alaihissalam
di bawa oleh ikan ke mana-mana sahaja yang akhirnya dimuntahkan di pantai
dengan izin Allah Taala.
23. Yang bernafas, tetapi tidak mempunyai roh.
Waktu subuh seperti firman Allah Taala (artinya): demi subuh apabila ia
terlepas.
24. Air yang tidak turun dari langit dan tidak keluar dari bumi.
Air yang dikirim oleh ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam di dalam botol yaitu air peluh kuda.
25. Empat yang bukan daripada golongan manusia, Malaikat dan bukan
daripada punggung lelaki dan daripada perempuan.
Kibas yang di bawa Jibril Alaihissalam sebagai korban ganti Nabi Ismail
Alaihissalam, unta Nabi Salleh Alaihissalam yang disembelih kaumnya, untuk
Nabi Adam dan Siti Hawa Alaihissalam.
26. Satu ciptaan Allah, lalu diingkarinya sebagai satu yang buruk.
Suara keledai yang tidak sedap didengar, sesuai dengan firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai
27. Darah yang mula-mula mengalir ke bumi.
Darah Habil yang dibunuh oleh saudaranya Kabil.
28. Sesuatu ciptaan Allah, lalu diangkat sesuatu yang berat.
Muslihat kaum wanita, seperti Firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya tipu
muslihat wanita adalah suatu tipu muslihat besar atau berat.
29. Pada mulanya sebatang kayu kemudian menjadi roh.
Tongkat Nabi Musa Alaihissalam
30. Wanita yang paling utama.
Hawa, ibu sekalian manusia, kemudian Khatijah dan Aisyah, Asiah (isteri Firaun) dan Maryam Binti Imran.
31. Gunung yang paling utama.
Gunung Tursina
32. Binatang yang paling utama. Kuda.
33. Bulan yang paling utama.
Bulan Ramadhan.
34. Malam yang paling utama.
Lailatul Qadar.
35. Tentang Atta’mah.
Hari Kiamat.
36. Pohon yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting ada 30 daun,  setiap daun ada lima kembang, dua bunga di matahari dan tiga bunga di tepi kegelapan.
Pohon itu “tahun” yang padanya ada 12 bulan, satu bulan ada 30 hari. Lima itu ialah lima waktu solat.
37. Satu benda yang pergi haji dan tawaf di Baitullah, tetapi tidak mempunyai roh dan tidak wajib haji. Bahtera Nabi Noh Alaihissalam.
38. Empat jenis air yang lain rupanya dan rasanya, tetapi sumbernya satu.
Air mata, air telinga, air hidung dan air mulut. Air mata masin, air telinga pahit, air hidung masin dan air mulut tawar.
39. Nakir, fatil dan kitmir.
Nakir ialah titik yang terdapat pada kulit luar benih, fatil ialah titik yang terdapat di dalam benih dan kitmir ialah kulit yang membaluti benih.
40. Sabid dan Labad.
Bulu kambing biri-biri dan kambing kasi.
41. Sam dan Ram.
Makhluk yang telah ada sebelum wujud Nabi Adam Alaihissalam.
42. Maksud keledai Makwak.
Keledai Makwak tanda ia melihat syaitan, lalu ia berkata: Allah melaknatnya.
43. Maksud anjing menyalak.
Anjing menyalak bermaksud: Awas! Celaka bagi penghuni-penghuni neraka dari
kemurkaan Allah yang maha berkuasa.
44. Maksud jeritan kuda.
Kuda menjerit bermaksud: Maha suci Allah yang memeliharaku ketika tentara
berpadu menyerang musuh dengan penuh semangat.
45. Maksud jeritan unta.
Unta menjerit membawa maksud: Hasbiyallahu Wakafa Billahi Wakila
(artinya): Memadailah Allah bagiku dan cukuplah Dia tempat aku menyerahkan
diriku.
46. Maksud nyanyian burung Bulbul.
Nyanyian Bulbul bermaksud: Maha suci Allah pada waktu pagi dan pada waktu
petang.
47. Maksud bunyi katak.
Bunyi katak bermaksud: Maha suci Tuhan yang di sembah di mana-mana sahaja
ada makhluknya dan di tempat-tempat yang tiada penghuninya.
48. Maksud kata-kata burung Nakus.
Maksud kata-katanya: Maha suci Allah sungguh-sungguh! Wahai anak Adam!
Lihatlah di barat dan di timur di dunia itu, adakah makhluk yang menongkat langit?
49. Kaum daripada makhluk Allah yang diutus kepadanya, namun ia bukan
dari kumpulan jin, manusia dan Malaikat.
Makhluk itu adalah lebih seperti Firman Allah Taala (artinya): dan Tuhan
kamu telah mewahyukan kepada lebih.

50. Di mana malam ketika siang dan di mana siang ketika malam.
Kedua-duanya berada di dalam ilmu Allah Taala yang amat sulit.