1. KETIKA MENCARI CALON
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita
Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.
2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis,
tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu,
tetapi menikah di hadapan Allah
4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa'kan anda,
kerana anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI kerana menyia-nyiakan do'a mereka.
5. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA GOYANG
Jangan saling berlepas tangan,
tapi sebaliknya justeru semakin erat berpegang tangan
6.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan
semua pekerjaan.
7.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak,karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak ....
8.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orang tua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
9.KETIKA INGIN AMAN DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1 Ketaqwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran
Minggu, 11 Maret 2012
Senin, 05 Maret 2012
Sempurnanya Manusia
Assalamu`alaikum Wr Wb.
Sudah begitu sering kita mendengar bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Hebatnya lagi, karena ungkapan tersebut, begitu banyak manusia bersembunyi dibaliknya. Mencari sebuah pembenaran atas sebuah kekhilafan. Berlindung dibaliknya karena menganggap diri adalah sebuah ketidak sempurnaan. Mau tidak mau, suka tidak suka, paradigma ini merubah hampir begitu banyak manusia. Bahkan sampai criteria seorang suami ataupun istripun seolah melesat tajam atas dasar kesempurnaan.
Kesempurnaan, adalah sebuah cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap insane manusia dalam kehidupan. Berbagai cara dilakukan demi bisa mewujudkan sebuah kesempurnaan. Akan tetapi selalu hal yang kosonglah yang didapat dari semuanya. Miris memang pada saat melihat sebagian besar dari kita tenggelam dalam paradigm kesempurnaan. Tidak saja mereka yang jauh dari agama, mereka yang dekat dengan agama saja masih begitu sering tenggelam dalam paradigma yang menjebak ini.
Sebenarnya, Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Hal ini tertuang dalam al quran di surah At-tin ayat 4 “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Apa yang terlintas dalam benak kepala kita saat membaca ayat tersebut. Malukah? Atau merasa baik-baik saja. Allah sendiri yang mengatakan bahwa ciptaanNYA yang bernama manusia adalah bentuk yang terbaik dari bentuk-bentuk yang lain. Lantas mengapa dengan berani kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna. Sekarang, siapakah yang menciptakan manusia sehingga berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna? Kita sebagai manusia ataukah Allah sebagai tuhannya manusia.
Bermain dengan ungkapan yang menyangkut dengan ciptaan Allah adalah sebuah hal yang sebaiknya hindari. Hal ini bisa-bisa malah akan menyinggung sisi tauhid. Menyakini bahwa segala ciptaan Allah tidak ada yang cacat. Segala sistemnya juga tidak ada satupun yang cacat. Tidak sedikitpun cacat dari sebuah kesempurnaan.
Tak jarang, sebagian dari kita menginginkan sosok manusia adalah sosok yang tidak pernah salah, tidak pernah membunuh, tidak pernah menyakiti, tidak bodoh, tidak berkeluh kesah, tidak miskin, dan lainnya. Bila memang kita menginginkan hal seperti ini maka sebaiknya baca kembali al quran yang tertata rapi dirumah anda. Dimana Allah banyak menjelaskan sifat-sifat manusia dan sekaligus lengkap dengan tujuan penciptaannya. Bukankah seperti yang kita ketahui bersama bahwa yang mananya visi adalah sesuatu tujuan dari sebuah keinginan. Sedangkan misi adalah tools yang dipakai untuk mencapai visi. Jadi, jika penciptaan manusia visinya adalah menyembah, mengabdi, dan taat kepada Allah. Maka tools adalah semua yang ada diri kita sekaligus lengkap dengan perangkat sistemnya. Baik yang hardware maupun yang software.
Sekali lagi, bagaimana mungkin kita begitu berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Manusia sempurna sebagai manusia. Manusia bukan malaikat yang tak punya nafsu dan selalu berdzikir kepada Allah. Manusia juga bukan syetan yang kerjanya selalu menggoda dan menjerumuskan temannya kedalam neraka. Tapi manusia adalah manusia. Sesosok makhluk yang dilengkapi dengan qalb yang dengannya dia bisa menjadi lebih baik daripada malaikat manapun. Manusia juga dilengkapi dengan nafsu, yang dengannya pula manusia bisa menjadi lebih buruk dari syetan. Manusia juga dilengkapi dengan insting dan pikiran yang dengannya dia menjadi lebih baik dari hewan.
Belum lagi jika kita melihat bagaimana perlengkapan dalam fisiknya. Dimana dengannya manusia bisa melakukan segala sesuatu yang dapat mendukungnya untuk melakukan tugasnya. Tugasnya sebagai hamba Allah dan tugasnya sebagai “perpanjangan tangan” Allah dimuka bumi. Allah memberikan manusia kemampuan imun yang dengannya kita bisa bertahap dari ganasnya lingkungan sekitar. Allah menganugerahi manusia dengan kulit yang denganya dia bisa menjaga tubuhnya dari serangan bakteri dan cuaca. Belum lagi dengan kegunaannya fisik lainnya. Lalu, sekali lagi kita mengatakan bahwa manusia ini tidak sempurna. Apakah kita mau bernafas dengan insang layaknya hewan laut. Cantikkah kita yang bernafas dengan insang? Tampankah kita bila memiliki tanduk dan berekor layaknya babi hutan?
Mungkin, sifat jelek yang terdapat pada manusia menyebabkan kita mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Tapi perlu kita ketahui dan sadari bahwa sebuah keegoisan adalah sebuah factor pendukung untuk mencapai syurga. Lalu emosional juga diperlukan untuk membuat kita bisa mencintai Allah dengan segenap hati. Sehingga hal ini membuat manusia itu semakin sadar diri. Bahwa dirinya tidak patut disombongkan. Saking sombongnya sehingga berani mengklaim bahwa penciptaan manusia tidak sempurna. Sebuah kesombongan yang mungkin saja bisa menyamakan kita pada musuh bebuyutan yang tidak mau mendengar perintah Allah saat harus menyembah Nabi Adam as. Atau, kita bisa bersikap seperti malaikat “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."( al baqarah : 30)
Manusia memiliki semuanya, mulai dari sifat yang jelek, sampai pada sifat yang sangat mulia. Dan tidak ada lagi makhluk yang sesempurna manusia dimuka bumi sebagai makhluk yang sempurna. Manusia itu diberikan kebebesan memilih oleh Allah. Memilih sendiri tempat huninya, gaya huninya, dan menerima semua konsekuensi atas pilihannya. Dan sekali lagi, semuanya adalah factor pendukung kesempurnaan manusia. Jikau ada yang cacat maka Allah menantang kita untuk mencari dimanakah sebuah nikmat itu dapat didustakan oleh kita yang menamakan manusia. Bukankah manusia itu adalah sebuah kesempurnaan yang sempurna sehingga mewajibkan kita mensyukurinya dengan menuruti segala perintahNYA. Karena dengan kesempurnaan tersebutlah Allah membuktikan kepada manusia sebagai tuhannya manusia. Tuhan jin, tuhannya malaikat, dan tuhan segala alam.
Wassalamu`alaikum Wr Wb.
Sudah begitu sering kita mendengar bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Hebatnya lagi, karena ungkapan tersebut, begitu banyak manusia bersembunyi dibaliknya. Mencari sebuah pembenaran atas sebuah kekhilafan. Berlindung dibaliknya karena menganggap diri adalah sebuah ketidak sempurnaan. Mau tidak mau, suka tidak suka, paradigma ini merubah hampir begitu banyak manusia. Bahkan sampai criteria seorang suami ataupun istripun seolah melesat tajam atas dasar kesempurnaan.
Kesempurnaan, adalah sebuah cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap insane manusia dalam kehidupan. Berbagai cara dilakukan demi bisa mewujudkan sebuah kesempurnaan. Akan tetapi selalu hal yang kosonglah yang didapat dari semuanya. Miris memang pada saat melihat sebagian besar dari kita tenggelam dalam paradigm kesempurnaan. Tidak saja mereka yang jauh dari agama, mereka yang dekat dengan agama saja masih begitu sering tenggelam dalam paradigma yang menjebak ini.
Sebenarnya, Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Hal ini tertuang dalam al quran di surah At-tin ayat 4 “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Apa yang terlintas dalam benak kepala kita saat membaca ayat tersebut. Malukah? Atau merasa baik-baik saja. Allah sendiri yang mengatakan bahwa ciptaanNYA yang bernama manusia adalah bentuk yang terbaik dari bentuk-bentuk yang lain. Lantas mengapa dengan berani kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna. Sekarang, siapakah yang menciptakan manusia sehingga berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna? Kita sebagai manusia ataukah Allah sebagai tuhannya manusia.
Bermain dengan ungkapan yang menyangkut dengan ciptaan Allah adalah sebuah hal yang sebaiknya hindari. Hal ini bisa-bisa malah akan menyinggung sisi tauhid. Menyakini bahwa segala ciptaan Allah tidak ada yang cacat. Segala sistemnya juga tidak ada satupun yang cacat. Tidak sedikitpun cacat dari sebuah kesempurnaan.
Tak jarang, sebagian dari kita menginginkan sosok manusia adalah sosok yang tidak pernah salah, tidak pernah membunuh, tidak pernah menyakiti, tidak bodoh, tidak berkeluh kesah, tidak miskin, dan lainnya. Bila memang kita menginginkan hal seperti ini maka sebaiknya baca kembali al quran yang tertata rapi dirumah anda. Dimana Allah banyak menjelaskan sifat-sifat manusia dan sekaligus lengkap dengan tujuan penciptaannya. Bukankah seperti yang kita ketahui bersama bahwa yang mananya visi adalah sesuatu tujuan dari sebuah keinginan. Sedangkan misi adalah tools yang dipakai untuk mencapai visi. Jadi, jika penciptaan manusia visinya adalah menyembah, mengabdi, dan taat kepada Allah. Maka tools adalah semua yang ada diri kita sekaligus lengkap dengan perangkat sistemnya. Baik yang hardware maupun yang software.
Sekali lagi, bagaimana mungkin kita begitu berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Manusia sempurna sebagai manusia. Manusia bukan malaikat yang tak punya nafsu dan selalu berdzikir kepada Allah. Manusia juga bukan syetan yang kerjanya selalu menggoda dan menjerumuskan temannya kedalam neraka. Tapi manusia adalah manusia. Sesosok makhluk yang dilengkapi dengan qalb yang dengannya dia bisa menjadi lebih baik daripada malaikat manapun. Manusia juga dilengkapi dengan nafsu, yang dengannya pula manusia bisa menjadi lebih buruk dari syetan. Manusia juga dilengkapi dengan insting dan pikiran yang dengannya dia menjadi lebih baik dari hewan.
Belum lagi jika kita melihat bagaimana perlengkapan dalam fisiknya. Dimana dengannya manusia bisa melakukan segala sesuatu yang dapat mendukungnya untuk melakukan tugasnya. Tugasnya sebagai hamba Allah dan tugasnya sebagai “perpanjangan tangan” Allah dimuka bumi. Allah memberikan manusia kemampuan imun yang dengannya kita bisa bertahap dari ganasnya lingkungan sekitar. Allah menganugerahi manusia dengan kulit yang denganya dia bisa menjaga tubuhnya dari serangan bakteri dan cuaca. Belum lagi dengan kegunaannya fisik lainnya. Lalu, sekali lagi kita mengatakan bahwa manusia ini tidak sempurna. Apakah kita mau bernafas dengan insang layaknya hewan laut. Cantikkah kita yang bernafas dengan insang? Tampankah kita bila memiliki tanduk dan berekor layaknya babi hutan?
Mungkin, sifat jelek yang terdapat pada manusia menyebabkan kita mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Tapi perlu kita ketahui dan sadari bahwa sebuah keegoisan adalah sebuah factor pendukung untuk mencapai syurga. Lalu emosional juga diperlukan untuk membuat kita bisa mencintai Allah dengan segenap hati. Sehingga hal ini membuat manusia itu semakin sadar diri. Bahwa dirinya tidak patut disombongkan. Saking sombongnya sehingga berani mengklaim bahwa penciptaan manusia tidak sempurna. Sebuah kesombongan yang mungkin saja bisa menyamakan kita pada musuh bebuyutan yang tidak mau mendengar perintah Allah saat harus menyembah Nabi Adam as. Atau, kita bisa bersikap seperti malaikat “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."( al baqarah : 30)
Manusia memiliki semuanya, mulai dari sifat yang jelek, sampai pada sifat yang sangat mulia. Dan tidak ada lagi makhluk yang sesempurna manusia dimuka bumi sebagai makhluk yang sempurna. Manusia itu diberikan kebebesan memilih oleh Allah. Memilih sendiri tempat huninya, gaya huninya, dan menerima semua konsekuensi atas pilihannya. Dan sekali lagi, semuanya adalah factor pendukung kesempurnaan manusia. Jikau ada yang cacat maka Allah menantang kita untuk mencari dimanakah sebuah nikmat itu dapat didustakan oleh kita yang menamakan manusia. Bukankah manusia itu adalah sebuah kesempurnaan yang sempurna sehingga mewajibkan kita mensyukurinya dengan menuruti segala perintahNYA. Karena dengan kesempurnaan tersebutlah Allah membuktikan kepada manusia sebagai tuhannya manusia. Tuhan jin, tuhannya malaikat, dan tuhan segala alam.
Wassalamu`alaikum Wr Wb.
PELUANG WANITA TANDINGI BIDADARI SYURGA.
Wanita merupakan ciptaan allah yang memberikan sokongan keindahan kepada dunia dan merupakan nikmat utama yang diciptakan oleh allah di dalam alam yang fana ini.Bidadari pula merupakan nikmat kedua terbesar di dalam syurga selepas melihat wajah allah yang memiliki kecantikan yang amat luar biasa.
Apabila digambarkan kecantikan bidadari , melonjak semangat kaum lelaki untuk masuk ke syurga. Air peluhnya pun mengalahkan perfume yang paling wangi di dunia ini. Sebutlah apa sahaja yang diimpikan oleh lelaki tentang wanita, sebutlah apa sahaja kecantikan yang ingin dimiliki oleh seorang wanita,semua yang dimiliki oleh bidadari lebih daripada itu. Pada diri mereka terhimpun semua pesona lahir dan batin iaitu akhlak dan wajah yang sempurna. Tidak cukup perbendaharaan bahasa untuk menggambarkannya dan tidak cukup kemampuan akal untuk membayangkannya kerana mata hati sahajalah yang mampu membayangkannya.
Bagi kaum wanita, mungkin rasa cemburu menyelubungi perasaan. Bayangkan bidadari syurga sedang menunggu suami kita dengan penuh rindu dan setia. Bandingkan diri kita dengan bidadari , perbezaan langit dan bumi sekalipun bukan gambaran perbezaan antara kita dengan mereka. Di kala kaum Adam terasa seperti hendak pengsan mengkagumi kecantikan bidadari, kaum wanita pula mungkin terasa seperti menemui maut mencemburui mereka.
Wahai para wanita,ini khabar gembira untuk kamu semua!! kita ada peluang menandingi kecantikan bidadari! Anda tidak silap membaca kenyataan ini…Kita ada peluang menandingi kecantikan bidadari. Maka bukalah mata hati, persiapkan minda kerana Rasullullah SAWW sendiri pernah menceritakan tentang peluang ini.Mari kita teliti sebahagian daripada perbualan antara Rasulullah dengan salah seorang isterinya, iaitu Ummu Salamah, sepertimana diriwayatkan oleh At-Thabrani.
Ummu:“ Wahai Rasullullah , manakah lebih utama , wanita dunia atau bidadari syurga bermata jeli ?”
Rasulullah:“ Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari bermata jeli seperti kelebihan sesuatu yang tidak kelihatan dengan yang kelihatan.
Ummu:“ Kenapa wanita dunia lebih utama daripada mereka ?”
Rasulullah:“ Kerana solat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah . Allah meletakkan cahaya pada wajah mereka; tubuh mereka dari kain sutera;kulitnya putih bersih,pakaiannya berwarna hijau;perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sikatnya diperbuat daripada emas. Mereka(wanita solehah) berkata : Kami hidup abadi dan tidak akan mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami redha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali.Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”
Ummu:“ Wahai Rasullullah, kalau wanita pernah bernikah dua, tiga atau empat lelaki lalu dia meninggal dunia.Dia masuk syurga dan mereka juga masuk syurga. Siapakah antara lelaki itu yang akan menjadi suaminya di syurga?”
Rasulullah:“ Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih,lalu dia pun memilih siapa antara mereka yang akhlaknya paling bagus. Lalu ia berkata: ‘Wahai Tuhanku,inilah lelaki yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia.Maka nikahkanlah aku dengannya.Wahai Ummu Salamah,akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan iaitu dunia dan akhirat.”
Maha Adil dan sayangnya Allah yang meletakkan wanita-wanita dunia yang berjaya menghuni syurga lebih utama daripada bidadari-bidadari syurga.Malah bidadari-bidadari menjadi khadam mereka di syurga. Solat, puasa dan ibadah yang didirikan adalah amalan yang akan meletakkan mereka di taraf tersebut. Bayangkanlah dengan solat,puasa dan ibadah, kita akan sama cantik dengan bidadari,malah lebih utama daripada mereka.SUBHANALLAH!!
Kepatuhan yang dipersembahkan kepada allah,walaupun diuji seribu cabaran dan dugaan membuktikan kita sudah menemui jalan kebenarannya.Jalan kebenaran ini secara automatik melayakkan kita menandingi pesona lahir dan batin para bidadari di syurga.Ketika itu, tiada lagi kebimbangan , tiada lagi kecemburuan kerana pastinya suami yang menjadi ahli syurga akan lebih terpesona dengan isterinya yang telah mencipta banyak kenangan pahit , manis, susah dan senang ketika di dunia.
Jika kecantikan lahiriah tidak mampu kita miliki di dunia, maka jangan kecewa.Usahakanlah setakat yang termampu dicapai berpandukan syariat,tetapi yang paling penting ialah memfokuskan usaha kepada membina kecantikan dalaman hati yang penuh rasa kehambaan kepada Allah.Bagi mereka yang telah dikurniakan kecantikan lahiriah di dunia, lebih-lebih lagi perlu bersyukur dan pastikan kecantikan dalaman juga menghiasi diri.
SEMUANYA BERMULA DARI DUNIA INI...
ALLAH BERIKAN WANITA PELUANG UNTUK MEREKA TANDINGI BIDADARI...
TERPULANGLAH KEPADA DIRI MEREKA UNTUK MEREBUTNYA...
SAHUTLAH CABARAN TUHANMU WAHAI WANITA...
TANDINGILAH BIDADARINYA!!!
Apabila digambarkan kecantikan bidadari , melonjak semangat kaum lelaki untuk masuk ke syurga. Air peluhnya pun mengalahkan perfume yang paling wangi di dunia ini. Sebutlah apa sahaja yang diimpikan oleh lelaki tentang wanita, sebutlah apa sahaja kecantikan yang ingin dimiliki oleh seorang wanita,semua yang dimiliki oleh bidadari lebih daripada itu. Pada diri mereka terhimpun semua pesona lahir dan batin iaitu akhlak dan wajah yang sempurna. Tidak cukup perbendaharaan bahasa untuk menggambarkannya dan tidak cukup kemampuan akal untuk membayangkannya kerana mata hati sahajalah yang mampu membayangkannya.
Bagi kaum wanita, mungkin rasa cemburu menyelubungi perasaan. Bayangkan bidadari syurga sedang menunggu suami kita dengan penuh rindu dan setia. Bandingkan diri kita dengan bidadari , perbezaan langit dan bumi sekalipun bukan gambaran perbezaan antara kita dengan mereka. Di kala kaum Adam terasa seperti hendak pengsan mengkagumi kecantikan bidadari, kaum wanita pula mungkin terasa seperti menemui maut mencemburui mereka.
Wahai para wanita,ini khabar gembira untuk kamu semua!! kita ada peluang menandingi kecantikan bidadari! Anda tidak silap membaca kenyataan ini…Kita ada peluang menandingi kecantikan bidadari. Maka bukalah mata hati, persiapkan minda kerana Rasullullah SAWW sendiri pernah menceritakan tentang peluang ini.Mari kita teliti sebahagian daripada perbualan antara Rasulullah dengan salah seorang isterinya, iaitu Ummu Salamah, sepertimana diriwayatkan oleh At-Thabrani.
Ummu:“ Wahai Rasullullah , manakah lebih utama , wanita dunia atau bidadari syurga bermata jeli ?”
Rasulullah:“ Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari bermata jeli seperti kelebihan sesuatu yang tidak kelihatan dengan yang kelihatan.
Ummu:“ Kenapa wanita dunia lebih utama daripada mereka ?”
Rasulullah:“ Kerana solat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah . Allah meletakkan cahaya pada wajah mereka; tubuh mereka dari kain sutera;kulitnya putih bersih,pakaiannya berwarna hijau;perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sikatnya diperbuat daripada emas. Mereka(wanita solehah) berkata : Kami hidup abadi dan tidak akan mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami redha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali.Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”
Ummu:“ Wahai Rasullullah, kalau wanita pernah bernikah dua, tiga atau empat lelaki lalu dia meninggal dunia.Dia masuk syurga dan mereka juga masuk syurga. Siapakah antara lelaki itu yang akan menjadi suaminya di syurga?”
Rasulullah:“ Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih,lalu dia pun memilih siapa antara mereka yang akhlaknya paling bagus. Lalu ia berkata: ‘Wahai Tuhanku,inilah lelaki yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia.Maka nikahkanlah aku dengannya.Wahai Ummu Salamah,akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan iaitu dunia dan akhirat.”
Maha Adil dan sayangnya Allah yang meletakkan wanita-wanita dunia yang berjaya menghuni syurga lebih utama daripada bidadari-bidadari syurga.Malah bidadari-bidadari menjadi khadam mereka di syurga. Solat, puasa dan ibadah yang didirikan adalah amalan yang akan meletakkan mereka di taraf tersebut. Bayangkanlah dengan solat,puasa dan ibadah, kita akan sama cantik dengan bidadari,malah lebih utama daripada mereka.SUBHANALLAH!!
Kepatuhan yang dipersembahkan kepada allah,walaupun diuji seribu cabaran dan dugaan membuktikan kita sudah menemui jalan kebenarannya.Jalan kebenaran ini secara automatik melayakkan kita menandingi pesona lahir dan batin para bidadari di syurga.Ketika itu, tiada lagi kebimbangan , tiada lagi kecemburuan kerana pastinya suami yang menjadi ahli syurga akan lebih terpesona dengan isterinya yang telah mencipta banyak kenangan pahit , manis, susah dan senang ketika di dunia.
Jika kecantikan lahiriah tidak mampu kita miliki di dunia, maka jangan kecewa.Usahakanlah setakat yang termampu dicapai berpandukan syariat,tetapi yang paling penting ialah memfokuskan usaha kepada membina kecantikan dalaman hati yang penuh rasa kehambaan kepada Allah.Bagi mereka yang telah dikurniakan kecantikan lahiriah di dunia, lebih-lebih lagi perlu bersyukur dan pastikan kecantikan dalaman juga menghiasi diri.
SEMUANYA BERMULA DARI DUNIA INI...
ALLAH BERIKAN WANITA PELUANG UNTUK MEREKA TANDINGI BIDADARI...
TERPULANGLAH KEPADA DIRI MEREKA UNTUK MEREBUTNYA...
SAHUTLAH CABARAN TUHANMU WAHAI WANITA...
TANDINGILAH BIDADARINYA!!!
Memahami Allah Maha Pemberi Rizki
Kita telah mengetahui bahwa Allah satu-satunya pemberi rizki. Rizki sifatnya umum, yaitu segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya. Namun mengapa sebagian orang sulit menyadari sehingga hatinya pun bergantung pada selain Allah. Lihatlah di masyarakat kita bagaimana sebagian orang mengharap-harap agar warungnya laris dengan memasang berbagai penglaris. Agar bisnis komputernya berjalan mulus, ia datang ke dukun dan minta wangsit, yaitu apa yang mesti ia lakukan untuk memperlancar bisnisnya dan mendatangkan banyak konsumen. Semuanya ini bisa terjadi karena kurang menyadari akan pentingnya aqidah dan tauhid, terurama karena tidak merenungkan dengan baik nama Allah “Ar Rozzaq” (Maha Pemberi Rizki).
Allah Satu-Satunya Pemberi Rizki
Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rizki, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah Ta’ala berfirman,
“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3)
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2). Itu memang benar, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan dan minum ketika Allah menahan rizki tersebut.
Allah Memberi Rizki Tanpa Ada Kesulitan
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya.”[1]
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya.”[2]
Allah Menjadikan Kaya dan Miskin dengan Adil
Allah memiliki berbagai hikmah dalam pemberian rizki. Ada yang Allah jadikan kaya dengan banyaknya rizki dan harta. Ada pula yang dijadikan miskin. Ada hikmah berharga di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30)
Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”[3]
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Beliau rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[4]
Dalam sebuah hadits disebutkan,
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur”.[5] Hadits ini dinilai dho’if(lemah), namun maknanya adalah shahih karena memiliki dasarshahih dari surat Asy Syuraa ayat 27.
Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-Nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan,
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Sifat orang-orang yang tidak beriman adalah menjadikan tolak ukur kaya dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah tidak. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).” (QS. Saba’: 35-37)
Orang-orang kafir berpikiran bahwa banyaknya harta dan anak adalah tanda cinta Allah pada mereka. Perlu diketahui bahwa jika mereka, yakni orang-orang kafir diberi rizi di dunia, di akherat mereka akan sengsara dan diadzab. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak orang kafir tadi dalam firman-Nya,
“Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 56)
Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah, namun iman dan amalan sholeh. Sebagaiman dalam surat Saba’ di atas disebutkan,
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.” Penjelasan dalam ayat ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564, dari Abu Hurairah)
Kaya bisa saja sebagai istidroj dari Allah, yaitu hamba yang suka bermaksiat dibuat terus terlena dengan maksiatnya lantas ia dilapangkan rizki. Miskin pun bisa jadi sebagai adzab atau siksaan. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan firman Allah,
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16); beliau rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”[6]
Sebab Bertambah dan Barokahnya Rizki
Takwa kepada Allah adalah sebab utama rizki menjadi barokah. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan mengenai Ahli Kitab,
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. dan Alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al Maidah: 66)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al A’rof: 96)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluark, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al Jin: 16)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
Sebab Berkurang dan Hilangnya Barokah Rizki
Kebalikan dari di atas, rizki bisa berkurang dan hilang barokahnya karena maksiat dan dosa. Mungkin saja hartanya banyak, namun hilang barokah atau kebaikannya. Karena rizki dari Allah tentu saja diperoleh dengan ketaatan. Allah Ta’ala berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41). Yang dimaksudkan kerusakan di sini—kata sebagian ulama– adalah kekeringan, paceklik, hilangnya barokah (rizki). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Yang dimaksudkan kerusakan di sini adalah hilangnya barokah (rizki) karena perbuatan hamba. Ini semua supaya mereka kembali pada Allah dengan bertaubat.” Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan di laut adalah sulitnya mendapat buruan di laut. Kerusakan ini semua bisa terjadi karena dosa-dosa manusia.[7]
Yang Penting Berusaha dan Tawakkal
Keimanan yang benar rizki bukan hanya dinanti-nanti. Kita bukan menunggu ketiban rizki dari langit. Tentu saja harus ada usaha dan tawakkal, yaitu bersandar pada Allah. Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[8]
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, “Al Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul Iman:
Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi hari untuk mencari rizki. Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini –wallahu a’lam-: Seandainya mereka bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan pergi dan melakukan segala aktivitas dalam mengais rizki, kemudian melihat bahwa setiap kebaikan berada di tangan-Nya dan dari sisi-Nya, maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan kenyang. Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan, tubuh, dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan baginya. Karena ini semua adanya yang menyelisihi tawakkal.”[9]
Rizki yang Paling Mulia
Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,
“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 11)[10]
Jika setiap kita memahami hal ini, yang Allah satu-satunya pemberi rizki dan sungguh Allah benar-benar yang terbaik bagi kita, maka tentu saja kita tidak akan menggantungkan hati pada selain Allah untuk melariskan bisnis. Allah Ta’ala sungguh benar-benar Maha Mencukupi. Allah Maha Mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya, sehingga ada yang Dia jadikan kaya dan miskin. Setiap hamba tidak perlu bersusah payah mencari solusi rizki dengan meminta dan menggantungkan hati pada selain-Nya. Tidak perlu lagi bergantung pada jimat dan penglaris. Gantilah dengan banyak memohon dan meminta kemudahan rizki dari Allah.
Allah Satu-Satunya Pemberi Rizki
Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rizki, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah Ta’ala berfirman,
“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3)
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2). Itu memang benar, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan dan minum ketika Allah menahan rizki tersebut.
Allah Memberi Rizki Tanpa Ada Kesulitan
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya.”[1]
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya.”[2]
Allah Menjadikan Kaya dan Miskin dengan Adil
Allah memiliki berbagai hikmah dalam pemberian rizki. Ada yang Allah jadikan kaya dengan banyaknya rizki dan harta. Ada pula yang dijadikan miskin. Ada hikmah berharga di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30)
Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”[3]
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Beliau rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”[4]
Dalam sebuah hadits disebutkan,
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur”.[5] Hadits ini dinilai dho’if(lemah), namun maknanya adalah shahih karena memiliki dasarshahih dari surat Asy Syuraa ayat 27.
Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-Nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan,
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Sifat orang-orang yang tidak beriman adalah menjadikan tolak ukur kaya dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah tidak. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).” (QS. Saba’: 35-37)
Orang-orang kafir berpikiran bahwa banyaknya harta dan anak adalah tanda cinta Allah pada mereka. Perlu diketahui bahwa jika mereka, yakni orang-orang kafir diberi rizi di dunia, di akherat mereka akan sengsara dan diadzab. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak orang kafir tadi dalam firman-Nya,
“Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 56)
Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah, namun iman dan amalan sholeh. Sebagaiman dalam surat Saba’ di atas disebutkan,
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.” Penjelasan dalam ayat ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564, dari Abu Hurairah)
Kaya bisa saja sebagai istidroj dari Allah, yaitu hamba yang suka bermaksiat dibuat terus terlena dengan maksiatnya lantas ia dilapangkan rizki. Miskin pun bisa jadi sebagai adzab atau siksaan. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan firman Allah,
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16); beliau rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”[6]
Sebab Bertambah dan Barokahnya Rizki
Takwa kepada Allah adalah sebab utama rizki menjadi barokah. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan mengenai Ahli Kitab,
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. dan Alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al Maidah: 66)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al A’rof: 96)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluark, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al Jin: 16)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)
Sebab Berkurang dan Hilangnya Barokah Rizki
Kebalikan dari di atas, rizki bisa berkurang dan hilang barokahnya karena maksiat dan dosa. Mungkin saja hartanya banyak, namun hilang barokah atau kebaikannya. Karena rizki dari Allah tentu saja diperoleh dengan ketaatan. Allah Ta’ala berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41). Yang dimaksudkan kerusakan di sini—kata sebagian ulama– adalah kekeringan, paceklik, hilangnya barokah (rizki). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Yang dimaksudkan kerusakan di sini adalah hilangnya barokah (rizki) karena perbuatan hamba. Ini semua supaya mereka kembali pada Allah dengan bertaubat.” Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan di laut adalah sulitnya mendapat buruan di laut. Kerusakan ini semua bisa terjadi karena dosa-dosa manusia.[7]
Yang Penting Berusaha dan Tawakkal
Keimanan yang benar rizki bukan hanya dinanti-nanti. Kita bukan menunggu ketiban rizki dari langit. Tentu saja harus ada usaha dan tawakkal, yaitu bersandar pada Allah. Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[8]
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, “Al Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul Iman:
Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi hari untuk mencari rizki. Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini –wallahu a’lam-: Seandainya mereka bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan pergi dan melakukan segala aktivitas dalam mengais rizki, kemudian melihat bahwa setiap kebaikan berada di tangan-Nya dan dari sisi-Nya, maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan kenyang. Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan, tubuh, dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan baginya. Karena ini semua adanya yang menyelisihi tawakkal.”[9]
Rizki yang Paling Mulia
Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,
“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 11)[10]
Jika setiap kita memahami hal ini, yang Allah satu-satunya pemberi rizki dan sungguh Allah benar-benar yang terbaik bagi kita, maka tentu saja kita tidak akan menggantungkan hati pada selain Allah untuk melariskan bisnis. Allah Ta’ala sungguh benar-benar Maha Mencukupi. Allah Maha Mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya, sehingga ada yang Dia jadikan kaya dan miskin. Setiap hamba tidak perlu bersusah payah mencari solusi rizki dengan meminta dan menggantungkan hati pada selain-Nya. Tidak perlu lagi bergantung pada jimat dan penglaris. Gantilah dengan banyak memohon dan meminta kemudahan rizki dari Allah.
Kamis, 01 Maret 2012
PERINGATAN
Dengan bismillah kami kirim berita,,pada saudara atau para pujangga
sesungguhnya islam yg kita miliki bersama,yg di bawa oleh junjungan yg muliya
sudah tertata baik buruknya,sudah tersusun segala aturanya
tiada lagi keraguan di dalamnya,,karena dia sudah teramat sangat sempurna
walaupun ulama bermunculan di mana mana
mempelajari dan membolak baliknya
takan pernah bergeser dari aqidah yg sebenarnya
sehingga ajal menjemput kita semua
Sedari itu kami sarankan,jangan kotori ia dengan keserakahan
menukar keimanan,agama dengan nilai keduniawian
bahkan dgn alasan syiar kalian mencari ketenaran
segala hadis,firman di bolak balikan,bahkan di sampaikan dg lawak lawakan..
seakan agama sebuah mainan,,tp argumen bagai ilmuwan islam
mulai sekarang kami peringatkan,,cukuplah sudah tingkah kalian
nanti kalian sengsara badan,,memang skg kami di perintahkan
oleh Allah swt penguasa alam,menyelamatkan,org di kuburan
bahkan mengantar sampai titian,, juga sampai kealam penantian
tapi ingatlah wahai para insan,,masih ada alam lanjutan
setelah trompet segra di bunyikan,tanda kiamat segra di taqdirkan
bertemulah insan tempat yg gersang,padang mahsyar yg mengerikan
di sanalah kelak insan kan di pertemukan,sebuah keadilan segala alam
saat itulah nasip insan,DI TENTUKAN ,sesuai perbuatan,,sehingga keadilan merata di
segala alam...
Oleh.Sal Anwar
sesungguhnya islam yg kita miliki bersama,yg di bawa oleh junjungan yg muliya
sudah tertata baik buruknya,sudah tersusun segala aturanya
tiada lagi keraguan di dalamnya,,karena dia sudah teramat sangat sempurna
walaupun ulama bermunculan di mana mana
mempelajari dan membolak baliknya
takan pernah bergeser dari aqidah yg sebenarnya
sehingga ajal menjemput kita semua
Sedari itu kami sarankan,jangan kotori ia dengan keserakahan
menukar keimanan,agama dengan nilai keduniawian
bahkan dgn alasan syiar kalian mencari ketenaran
segala hadis,firman di bolak balikan,bahkan di sampaikan dg lawak lawakan..
seakan agama sebuah mainan,,tp argumen bagai ilmuwan islam
mulai sekarang kami peringatkan,,cukuplah sudah tingkah kalian
nanti kalian sengsara badan,,memang skg kami di perintahkan
oleh Allah swt penguasa alam,menyelamatkan,org di kuburan
bahkan mengantar sampai titian,, juga sampai kealam penantian
tapi ingatlah wahai para insan,,masih ada alam lanjutan
setelah trompet segra di bunyikan,tanda kiamat segra di taqdirkan
bertemulah insan tempat yg gersang,padang mahsyar yg mengerikan
di sanalah kelak insan kan di pertemukan,sebuah keadilan segala alam
saat itulah nasip insan,DI TENTUKAN ,sesuai perbuatan,,sehingga keadilan merata di
segala alam...
Oleh.Sal Anwar
Langganan:
Postingan (Atom)